Sejarah Desa Rawalele
Desa Rawalele salah satu Desa yang berada diwilayah Kecamatan Dawuan yang sebelumnya masuk wilayah Kecamatan Kalijati pada Perda No. 3 tahun 2008 tentang Pemekaran Sepuluh Kecamatan yang ada di Kabupaten Subang tanggal 3 Juli 2008, Pembentukan Pemerintahan Desa tidak berdiri begitu saja dengan sendirinya, namun melalui berbagai proses dan tahapan-tahapan. Menurut para Tokoh dan Sesepuh Kampung pada jaman Penjajahan Belanda, wilayah Desa Rawalele merupakan wilayah Perkebunan (P and T Lands) yang penguasanya ada pada orang Belanda.
Maka timbulah gejolak untuk melawan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat, dari situlah para Tokoh Agama, Masyarakat dan Pemuda perwakilan dari tiap-tiap Kampung berkumpul (Musyawarah) secara diam-diam untuk memilih/menentukan Pimpinnan (Kuwu/Lurah) yang bisa Mengayomi dan Melindungi rakyat dari penindasan Penjajah.
Dengan berbagai proses dan tahapan ditunjuklah Pimpinan (Lurah) secara langsung oleh Rakyat sekaligus menentukan/mengukuhkan nama Desa. Dari hasil rembukan tersebut diperolehlah kesepakatan nama desa disesuaikan berdasarkan keadaan wilayah dimana pada waktu itu ada sungai yang mengalir yaitu sungai Cikapundung, yang berasal dari Rawa yang banyak ikan Lelenya, maka sejak saat itu (± Tahun 1905) disepakati bahwa nama Desa adalah “Desa Rawalele”.
Sejarah Pembangunan Desa
Demografi
Keadaan Fisik/Geografis Desa.
Batas Wilayah
-
Sebelah Utara : Desa Batusari dan Manyeti Kec. Dawuan
-
Sebelah Selatan : Desa Situsari dan Dawuan Kaler Kec. Dawuan
-
Sebelah Barat : Desa Dawuan Kaler Kec. Dawuan
-
Sebelah Timur : Desa Sukasari Kec. Dawuan
Luas Wilayah
- Luas wilayah : 639 Ha
-
Tanah Sawah : 60 Ha
-
Tanah Pekarangan : 111 Ha
-
Tanah Tegalan : 468 Ha
Keadaan Topografi Desa
Secara umum topografi Desa Rawalele adalah merupakan daerah perkebunan dataran rendah.
Iklim
Iklim Desa Rawalele, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, dengan rata-rata suhu udara 27 – 31°C, serta intensitas curah hujan 2000/2200 mm/tahun, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Rawalele Kecamatan Dawuan.
Wilayah Administrasi Desa
Keadaan Sosial
Jumlah Penduduk 1362 KK dengan jumlah jiwa :
Tataguna Lahan dan Kondisi Kehidupan Masyarakat
Secara umum topografi Desa Rawalele adalah merupakan daerah perkebunan / dataran tinggi. Dengan luas wilayah yang dimiliki oleh Desa Rawalele, maka berdasarkan data yang kami dapatkan dari buku Pendataan Profil Desa Rawalele Tahun 2011 pada halaman 1 dapat diketahui tataguna lahan Desa Rawalele yang digunakan untuk persawahan adalah 60 Ha, untuk persawahan seluas 468 Ha, Pemukiman seluas 42 Ha, dan perkarangan seluas 56 Ha. Dapat dilihat dari data diatas bahwa lahan Desa Rawalele sebagian besar digunakan untuk perkebunan. Hal ini disebabkan di Desa Rawalele terdapat perkebunan karet yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII.
Menurut informasi yang kami kumpulkan dalam orientasi kemasyarakatan ini, mayoritas warga Desa Rawalele bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani, selain itu juga bekerja sebagai pegawai di PT. Perkebunan Nusantara VIII. Sesuai dengan hasil wawancara kami dengan seluruh ketua RW dan RT di Desa Rawalele, secara umum, masyarakat desa Rawalele ini memiliki penghasilan rata-rata sebesar Rp. 500.000 - Rp. 700.000. Dapat dilihat bahwa jumlah ini tergolong rendah, karena menurut mereka, masyarakat Rawalele masih banyak yang tidak bekerja ataupun bekerja sebagai buruh tani yang sifatnya tidak tetap (bukan buruh tetap). Sehingga, penghasilannya tidak menentu dan tidak terlalu besar.
Sedangkan secara sosial dan budaya warga Desa Rawalele mayoritas adalah suku Sunda dan masyarakatnya hampir seluruhnya beragama Islam sehingga kondisi karakteristik warga Desa Rawalele sangat kental dengan budaya sunda serta unsur – unsur keislaman yang ada di tanah Jawa serta masih memiliki rasa Gotong Royong untuk menjalankan program pembangunan desa atau pun membantu anggota warga desa dalam suatu hal.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan-kegiatan masyarakat desa yang berbasis keislman seperti pengajian rutin dan kelompok qosidah. Selain itu juga dapat dilihat dari semua Rukun warga memiliki jadwal gotong-royong untuk sama-sama membersihkan kawasan mereka, dan kegiatan gotong-royong tersebut dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Pola pemukiman di Desa Rawalele menurut survey kami tergolong menyebar. Tidak terfokus atau berpusat hanya pada beberapa titik tertentu saja. Walaupun tergolong menyebar, pola pemukiman di Desa Rawalele tergolong cukup rapih dalam pembangunan pemukimannya.
0 komentar:
Posting Komentar